MODUL 2
LANDASAN DAN PENDEKATAN
PENGEMBANGAN KURIKULUM
KB 1
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Kurikulum
pada hakikatnya merupakan rancangan atau program pendidikan. Sebagai suatu
rancangan/program, kurikulum menempati posisi/kedudukan yang sangat strategis
dalam keseluruuhan kegiatan pendidikan, dalam arti akan sangat menjadi penentu
terhadap proses pelaksanaan dan hasil-hasil yang ingin di capai oleh pendidikan.
Dengan posisi yang penting itu maka penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak
dapat dilakukan secara sembarangan, di butuhkan berbagai landasan/dasar yang
kokoh dan kuat. Landasan-landasan tersebut pada hakikatnya adalah factor-faktor
yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para pengembang kurikulum pada
waktu mengembangkan suatu kurikulum lembaga pendidikan, baik pada lingkungan
sekolah maupun luar sekolah.
Menurut
Robert S. Zais (1976), kurikulum suatu lembaga pendidikan didasarkan pada lima landasan
(foundations), yaitu (1) philosophical
assumptions, (2) epistemology (the
nature of knowledge), (3) society/culture,
(4) the individual, dan (5) learning theory. Dengan berpedoman paada
lima landasan tersebut dibuatlah model yang disebut An electric model of curriculum and its foundations.
Senada
dengan pendapat Robert S. Zais di atas, Ralph W.Tyler (dalam Ornstein &
Hunkins,1988) mengemukakan pandangan yang erat kaitannya dengan beberapa aspek
yang melandasi suatu kurikulum (dalam hal ini disebut school purposes).
Secara
umum terdapat empat landasan pokok yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu
landasan filosofis, psikologis, sosial-budaya, dan perkembangan ilmu
pengetahuan/teknologi.
A.
LANDASAN FILOSOFIS
Dalam landasan filosofis mementingkan
filsafat dalam membina dan mengembangkan kurikulum pada suatu lembaga
pendidikan. Filsafat ini yang menjadi landasan utama yang melandasi aspek-aspek
lainnya. Tujuan dan isi kurikulum pada dasarnya bergantung pada pertimbangan-pertimbangan
filosofis. Pandangan filosofis yang berbeda akan mempengaruhi dan mendorong
aplikasi pengembangan kurikulum yang berbeda pula. Berdasarkan landasan filosofis ini di tentukan
tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan pada dasarnya merupakan rumusan
yang komprehensif mengenai apa yang
seharusnya dicapai. Tujuan ini memuat pertanyaan_pertanyaan mengenai berbagai
kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik selaras dengan
system nilai dan filsafat yang dianut.
Menurut Socrates, filsafat adalah cara
berpikir yang radikal, menyeluruh, dan mendalam atau suatu cara berpikir yang
mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Plato menyebut filsafat sebagai ilmu
pengetahuan tentang kebenaran. Filsafat berupaya mengkaji berbagai permasalahan
yang dihadapi manusia, termasuk masalah pendidikan.
Salah seorang pakar filsafat pendidikan,
RedjaMudyahardjo (1989), menyatakan bahwa terdapat tiga system pemikiran
filsafat yang sangat besar pengaruhnya terhadap pemikiran pendidikan di
Indonesia. Ketida system filsafat tersebut, yaitu Idealisme, Realisme, dan
Pragmatisme.
Nana Syaodih Sukmadinata (1997)
menyebuutkan ada tiga cabang besar dari filsafat ini, yaitu metafisika yang
membahas segala yang ada dalam alam ini, epistemoologi yang membahas mengenai
kebenaran, dan aksiologi yang membahas mengenai nilai-nilai.
Filsafat memiliki peranan dalam kerangka
mengadakan kajian-kajian sistematis mengenai pendidikan. Berkaitan dengan peran
atau nilai guna filsafat, seorang pakar kurikulum di Indonesia yaitu S.
Nasution (1982) berpendapat berikut in.
1. Filsafat
pendidikan dapat menentukan arah akan kemana anak-anak harus dibawa.
2. Dengan
adanya tujuan ppendidikan (yang diwarnai oleh filsafat yang dianut), kita
mendapat gambaran yang jelas tentang
hasil yang harus dicapai.
3. Filsafat
dan tujuan pendidikan menentukan cara dan proses untuk mencapai tujuan itu.
4. Filsafat
dan tujuan pendidikan member kesatuan
yang buulat kepada segala usaha pendidikan.
5. Tujuan
pendidikan memungkinkan pendidik menilai usahanya, apakah tujuan itu tercapai.
6. Tujuan
pendidikan memberi motifasi atau dorongan bagi kegiatan-kegiatan ppendidikan.
Tujuan pendidikan pada dasarnya
merupakan rumusan yang komprehensif mengenai apa yang seharusnya dicapai.
Tujuan ini memuat pertanyaan-pertanyaan mengenai berbagai kemampuan yang
diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik selaras dengan sistem nilai dan
filsafat yang dianut.
Tujuan pendidikan Nasional di Indonesia
bersumber pada pandangan dan cara hidup manusia Indonesia, yakni pancasila.
Rumusan tujuan pendidikan nasional tertuang dalam Undang-undang Republik
Indoonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu
pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (pasal 2).
Pendidiikan nasional berrfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam ranggka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta diidik agar menjadi
manusia yang berimaan dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap,kreatiif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (pasal 3).
B.
LANDASAN PSIKOLOGIS
Pendidikan berkaitan denngan perilaku
manusia. Dalam proses pendidikan itu terjadi interaksi antara peserta didik dan
lingkungannya, baik lingkungan yang bersifat fisik maupun linggkungan sosial.
Melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan perilaku peserta didik menuju
kedewasaan, baik fisik, mental/intelektual, moral, maupun sosial.
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai
tujuan/program pendidikan sudah pasti berkenaan dengan proses perubahan
pperilaku peserta didik. Melalui kurikulum diharapkan dapat terbentuk tingkah
laku baru berupa kemampuan-kemampuan actual dan potensial dari para peserta
didik serta kemampuan-kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative
lama.
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia, sedangkan kurikulum adalah upaya menentukan pendidikan
untuk mengubah perilaku manusia. Sedangkan siswa adalah individu yang sedang
berada dalam proses perkembangan, seperti perkembangan fisik/jasmani,
intelektual, sosial, emosional, dan moral.
Ada dua cabang psikologis yang sangat
penting dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologis perkembangan
(developmental psychology) dan psikologi belajar (learning psychology).
1. Psikologi
perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi kurikulum yang
diiberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalaman isi/materi/bahan
ajar sesuai dengan taraf perkembangan siswa.
2. Psikologi
belajar berkenaan atau memberikan sumbangan bagi kurikulum dalam hal bagaimana
kurikulum itu di sampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa
mempelajarinya.
Kedua hal di atas sangat penting
peranannya dalam rangka menggembangkan kurikulum, sehingga kedua hal tersebut
menjadi landasan dalam menggembangkan kurikulum.
Ada dua kaitan antara psikologi/teori perkembangan
dan psikologi/teori belajar dengan perkembangan kurikulum.
1. Kurikulum dan teori perkembangan siswa
J.J. Roesseau berpendapat bahwa segala
sesuatu itua adalah baik di tangan Tuhan, akan tetapi menjadi rusak karena
tangan manusia. Pendidikan itu harus menghormati anak sebagai makhluk yang
memiliki potensi alamiah. Ia percaya bahwa anak haruus belajar dari pengalaman
langsung. Dalam hal ini, intervensi atau campur tangan pendidikan tidak terlalu
mendominasi.
Implikasi terhadap perkembangan
kurikulum di sekolah, yaitu sebagai berikut.
a. Setiap
siswa diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat, dan
kebutuuhannya.
b. Kurikulum
memuat isi/materi pelajaran baik yang sifatnya umum atau inti maupun yang dapat
dipilih sesuai dengan minat dan bakat siswa, juga yang sifatnya akademik maupun
ketrampilan.
c. Kurikulum
memuat tujuan-tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai/sikap, dan ketrampilan
yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh.
2. Kurikulum dan Teori Belajar
Belajar dapat diartiikan sebagai
perubahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman. Segala perubahan perilaku
baik pada ranah kongnitif(pengetahuan), afektif (sikap), maupun psikomotor
(ketrampilan) yang terjadi karena proses pengalaman, dapat dikategorikan
sebagai perilaku hasil belajar.
Psikologi/teori belajar dapat
dikelompokkan kedalam tiga rumpun, yaitu:
a.
Teori Disiplin Mental atau Teori Daya
(faculty theory)
Anak/individu telah memiliki
potensi-potensi atau daya-daya tertentu (faculties) yang masing-masing memiliki
fungsi tertentu, seperti potensi/daya mengingat, daya berfikir, daya
mencurahkan pendapat, daya mengamati, daya memecahkan masalah, dan daya-daya lainnya.
Daya-daya ini dapt dilatih agar dapat berfungsi dengan baik.
b.
Teori Behaviourisme
Teori ini berangkat dari asumsi bahwa
individu tidak membawa potensi sejak lahir. Perkembangan indiividu ditentukan
oleh lingkungan( keluarga, sekolah, dan masyarakat). Rumpun teori ini tidak
mengakui sesuatu yang sifatnya mental. Perkembangan anak menyangkut hal-hal
nyata yang dapat dilihat dan diamati.
Rumpun ini mencakup tiga (3) teori,
yaitu :
a.
Teori Koneksionisme/Teori Asosiasi
adalah teori yang paling awal dari
rumpun behaviourisme. Menurut teori ini kehidupan tunduk kepada hukum
stimulus-respons atau aksi-reaksi. Belajar pada dasarnya merupkan hubungan
antara stimulus dan respon atau aksi-reaksi. Belajar pada dasarnya merupakan
upaya untuk membentuk hubungan stimulus-respons sebanyak-banyaknya.
b. Teori
Kondisioning
c.
Teori Penguatan (reinforcement/operant conditioning)
c.
Teori Organismik atau Congnitive
Gestalt Fiel.
Keseluruhan lebih bermakna dari pada
bagian-bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian.
Teori ini memiliki prinsi-prinsip
sebagai berikut :
a. Belajar itu berdasarkan keseluruhan.
b. Belajar adalah pembentukan kepribadian.
c. Belajar berkat pemahaman.
d. Belajar berdasarkan pengalaman.
e. Belajar itu adalah suatu proses
pembelajaran.
f. Belajar adalah proses kontinu.
g. Belajar
dihubungkan dengan minat, perhatian, dan kebutuhan siswa.
C.
LANDASAN SOSIOLOGI
Landasan ini berkaitan dengan pentingnya
mempertimbangkan aspek perkembangan masyarakat dan kebudayaan dalam
mengembangkan kurikulum satuan pendidikan.pendidikan sselalu mengandung
norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan kehidupan
masyarakat dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya yang menjadi
dasar dan acuan bagi pendidikan dan kurikulum.
D. LANDASAN TEKNOLOGIS
Landasan ini mengarahkan kajian mengenai
kurikulum yang dikaitkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni (IPTEKS) yang secara langsung akan menjadi isi/materi kurikulum dan cara
penyampaiannya.
KB 2
PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pendekatan
pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum
tentang proses pengembangan kurikulum. Proses pengembangan kurikulum itu
sendiri, berkenaan dengan pengembangan kurikulum yang sifatnya sama sekali baru
(curriculum construction) maupun berupa penyempurnaan atau perbaikan dari
kurikulum yang telah atau sedang dilaksanakan saat ini (curriculum
improvement). Dalam penggembangan kurikulum terdapat sudut pandang
pendekatan yaitu dari sudut pandang
kebijakan pengembangan kurikulum, pengorganisasian isi kurikulum, dan orientasi
penyusunan kurikulum.
A.
PENDEKATAN DARI SUDUT PANDANG KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Ada dua pendekatan yang dapat diterapkan
dalam ppengembangan kurikulum dari sudut pandang kebijakan, yaitu :
1.
Pendekatan Administratif (administrative
approach)
Pendekatan pengembangan kurikulum dengan
menggunakan sistem komando dari atas ke bawah. Pendekatan ini disebut
pendekatan top-down karena pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif dan
gagasan para pemegang kebijakan pendidikan atau administrratif.
2.
Pendekatan Akar Rumput(grassroots
approach)
Pendekatan pengembangan kurikulum yang
diawali dengan inisiatif dari bawah (guru dan sekolah) selanjutnya
disebarluaskan pada tingkat yang lebih luas. Pendekatan ini sering disebut juga
pendekatan pengembangankurikulum dari bawah ke atas (bottom-up) atau pendekatan
akar rumput ( grassroots).
B.
PENDEKATAN DARI SUDUT PANDANG
PENGORGANISASIAN ISI KURIKULUM
Ada tiga pendekatan yang dapat
diterapkan dalam ppengembangan kurikulum dari sudut pandang pengorganisasian
kurikulum, yaitu :
1.
Pendekatan yang berpusat pada mata
pelajaran (subject)
Pendekatan ini bertitik tolak pada mata
pelajaran sebagi suatu disiplin ilmu yang terpisah antara satu dengan lainnya.
2.
Pendekatan Interdisipliner
Pendekatan ini berawal dari
masalah-masalah social yang ada dalam kehidupan nyata yang tidak mungkin
ditinjau hanya dari satu segi/aspek saja.
3.
Pendekatan Terpadu (integrated)
Pendekatan ini bertitiktolak dari suatu
keseluruhan atau suatu kesatuan yang bermakna dan berstruktur, dimana kurikulum
disusun sedemikian rupa agar mampu mengembangkan pribadi yang utuh. Pendekatan
pembelajaran tematik merupakan penerapan dari pendekatan ini.
C.
PENDEKATAN DARI SUDUT PANDANG ORIENTASI
PENYUSUNAN KURIKULUM
Pendekatan penggembangan kurikulum dalam
sudut pandang ini pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1.
Pendekatan yang berorientasi pada tujuan
Penyusunan kurikulum didasarkan pada
tujuan-tujuan ppendidikan yang telah dirumuskan secara jelas , mulai dari
tujuan pendidikan nasional, tujuan satuan pendidikan(tujuan institusional),
tujuan mata pelajaran (tujuan kurikuler), sampai dengan tujuan pembelajaran
(tujuan instruksional).
Keuntungan dari pendekatan ini adalah
a. Dapat memberikan kejelasan bagi para
penyusun kurikulum mengenai apa yang ingin dicapai.
b. Memberikan
arahan yang jelas dalam menetapkan materi/bahan pelajaran, strategi dan metode
pembelajaran, serta proses penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai.
Sedangkan kelemahannya adalah kesulitan
dalam merumuskann tujuan.
2.
Pendekatan yang berorientasi pada bahan
ajar
Penyusunan kurikulum didasarkan atau
sangat menitikberatkan pada bahan ajar/materi pelajaran yang akan diajarkan.
Keuntungan dari pendekatan ini adalah
kebebasan dan keluwesan dalam memilih dan menentukan bahan ajar karena tidak
terikat oleh tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan kelemahannya adalah bahan
pelajaran kurang jelas arah dan tujuannya, serta ttidak jelas pula dasar
pemilihan dalam menentukan metode apa yang akan dinilai.
3.
Pendekatan yang berorientasi pada
kegiatan-kegiatan belajar-mengajar.
Pendidikan ini menitikberatkan pada cara
siswa belajar, serta cara dan langkah-langkah yang perlu dilakukan agar siswa
menguasai ketrampilan untuk mendapatkan pengetahuan.
Keuntungan dari penerapan pendekatan ini
adalah sangat mementingkan kebutuhan siswa.
Sedangkan kelemahannya adalah sulit mengatur ketercapaian hasil belajar
yang diharapkan.
Terima Kasih... Semoga Bermanfaat...
No comments:
Post a Comment